Sholat Istikharah

Shalat istikharah adalah shalat sunnat yang dikerjakan dengan tujuan untuk memohon kepada Allah SWT tentang ketentuan pilihan yang baik diantara dua perkara yang belum dapat ditentukan baik buruknya.

Misalnya, jika seseorang bermaksud memilih dua jenis pekerjaan atau memilih dua pinangan yang akan dinikahinya, maka disunnatkan untuk mengerjakan shalat istikharah agar hati menjadi mantab dan tidak ada kekecewaan dikemudian hari.

Shalat istikharah dikerjakan untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT dan untuk memilih suatu pilihan yang lebih baik dari dua pilihan.

Jadi, shalat istikhara adalah mencari kebaikan. Artinya, ketika kita mempunyai maksud atau cita-cita yang mempunyai dua pilihan atau lebih, maka untuk memilih salah satu dari pilihan tersebut dianjurkan untuk melaksanakan shalat istikharah.

Hukum Sholat Istikharah

Hukum shalat istikharah yaitu sunnat muakkad bagi orang yang sedang memiliki permasalahan dalam suatu hal serta ketika sangat membutuhkan petunjuk.

Rasulullah saw sangat menganjurkan untuk mengerjakan shalat istikharah, berikut sabdanya :

Hadits Tentang Sholat Istikharah

Waktu Sholat Istikharah

Waktu yang tepat atau yang lebih utama untuk mengerjakan shalat istikharah yaitu pada malam hari yang sunyi agar Allah SWT segera mengabulkan apa yang kita harapkan atau memberikan petunjuk tentang suatu persoalan yang dibimbangkan. Petunjuk tersebut dapat berupa suatu isyarat, kemantapan hati atau mungkin melalui mimpi.

Jumlah Rakaat dan Surat yang Dibaca

Jumlah rakaat shalat sunnat istikharah yaitu dua rakaat. Surat yang dibaca pada rakaat pertama setelah membaca surat Al Fatihah adalah surat Al Kafirun dan pada rakaat kedua setelah membaca surat Al Fatihah adalah surat Al Ikhlas.

Niat Sholat Istikharah

Niat Shalat Istikharah

Bacaan Latin

Ushalli sunnatal istikhaarati rak’ataini lillaahi ta’aalaa

Artinya

“Aku berniat sholat sunnat istikharah dua rakaat karena Allah ta’ala”

Tata Cara Sholat Istikharah

Tata cara melakukan shalat istikharah sama halnya seperti mengerjakan shalat-shalat yang lain yaitu diawali dengan berwudhu secara sempurna kemudian berdiri tegak menghadap kiblat ditempat yang suci, setelah itu berniat dalam hati.

Rokaat Pertama

  1. Niat
  2. Takbiratul Ihram (Allaahu Akbar)
  3. Membaca doa iftitah
  4. Membaca surat Al Fatihah
  5. Membaca surat dari Al Qur’an. (Surat Al Kafirun)
  6. Melakukan Ruku
  7. Melakukan I’tidal
  8. Melakukan sujud pertama
  9. Duduk diantara dua sujud
  10. Melakukan sujud kedua
  11. Berdiri lagi untuk melaksanakan rakaat kedua

Rakaat Kedua

  1. Membaca surat Al Fatihah
  2. Membaca surat dari Al Qur’an. (Surat Al Ikhlas)
  3. Melakukan Ruku
  4. Melakukan I’tidal
  5. Melakukan sujud pertama
  6. Duduk diantara dua sujud
  7. Melakukan sujud kedua
  8. Tahiyat akhir
  9. Mengucapkan salam

Doa Setelah Sholat Istikharah

Berikut adalah doa setelah shalat istikharah :

Doa Setelah Shalat Istikharah

Bacaan Latin

Allaahumma inni astakhiiruka bi’ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as aluka min fadlikal ‘aziimi fa innaka taqdiru wa laa aqdiru wa laa a’alamu wa anta ‘allaamul guyuub.

Allaahumma in kunta ta’lamu anna haadzal amro (…..) khairul lii fii diinii wa ma’aasyi faqdurhu lii wa yassirhu lii tsuma baarik lii fii hi wa in kunta ta’lamu anna haadzal amro syarrun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii wa ‘aajlihii fashrifhu ‘annii wasrifnii ‘anhu waqdurhu liyal-khaira haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bihi.

Artinya

“Ya Allah sesungguhnya aku memohon petunjuk dari ilmu-Mu, memohon kekuatan dari kekuasaan-Mu, dan memohon karunia-Mu yang besar, karena sesungguhnya aku tidak kuasa sedang Engkau Kuasa, dan aku tidak mengetahui sedang Engkau Maha Mengetahui semua yang ghaib.”

“Ya Allah jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini (sebutkan keperluannya) baik bagiku, agama dan kehidupanku, maka tetapkan dan mudahkanlah ia bagiku kemudian berkatilah aku, dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk bagiku, bagi agama dan kehidupanku serta akibat dari urusanku, baik untuk masa sekarang maupun masa mendatang, maka hindarkan lah ia dariku dan hindarkan lah pula diriku darinya, dan tetapkanlah hal yang terbaik bagiku menurut semestinya, kemudian ridhailah aku.”

Referensi :
Ubaid Ibnu Abdillah, Penerbit Pustaka Media, Surabaya

ARTIKEL LAINNYA

Tinggalkan komentar