Istilah booting bukan merupakan istilah yang asing. Yang asing dari istilah tersebut adalah definisinya. Pengertian booting bukan hal yang sulit untuk dipahami. Siapapun yang pernah mengoperasikan komputer pasti menyaksikan proses ini meskipun tidak menyadari bahwa proses booting sedang dilakukan.
Booting merupakan proses penting yang wajib diselesaikan setiap komputer dinyalakan. Booting akan menentukan apakah komputer layak digunakan atau harus diperiksa untuk diselesaikan masalahnya. Pada umumnya, mereka yang tidak mengetahui booting menjadi tahu booting setelah komputer bermasalah.
Ketika komputer gagal masuk ke sistem operasi dan terus berada di BIOS, mereka baru tahu mengenai istilah booting. Memahami beberapa hal penting mengenai booting termasuk langkah dan prosesnya serta jenis-jenisnya akan membuat siapapun bisa lebih cerdas dalam memahami bagaimana komputer bekerja.
Daftar Isi
Pengertian dan Fungsi Booting
Booting adalah proses identifikasi dan membaca seluruh komponen yang ada pada sistem komputer ketika komputer pertama kali dilakukan. Yang diidentifikasi dan dibaca di sini adalah hardware dan software komputer. Booting dilakukan untuk memastikan komputer siap digunakan dan tidak sedang bermasalah.
Setiap komputer yang dihidupkan akan melakukan proses ini. Fungsi utama booting adalah melakukan pemeriksaan menyeluruh dan terperinci terhadap berbagai komponen dan informasi yang terkandung di dalamnya. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan OS bisa dimuat dan komputer bisa dijalankan.
Langkah dan Proses Booting
Proses booting menjelaskan semua langkah atau tahap bagaimana booting dilakukan. Setelah memahami pengertian booting dan fungsinya, penting untuk memahami tahap bagaimana booting bekerja. Dalam proses booting, terdapat paling tidak beberapa langkah penting yang harus diselesaikan dengan baik.
1. Memuat BIOS
Booting dimulai setelah komputer dinyalakan dan semua perangkat keras menerima daya. Perangkat keras tersebut sudah siap untuk digunakan. Set kecil instruksi yang hadir di ROM dimuat ke memori komputer. Kemudian, CPU mengeksekusi instruksi yang telah dimuat tersebut. POST akan dilakukan kemudian.
2. Proses POST
POST atau Power-On Self Test adalah proses pemeriksaan perangkat keras dan komponen yang terkait. Pemeriksaan dilakukan untuk memeriksa apakah ada masalah pada komponen tersebut. POST akan menentukan apakah semua hardware yang terkait bisa dan layak dioperasikan pada sistem komputer.
Apabila gagal atau tidak layak, pasti ada masalah yang ditemukan di perangkat keras. Pengguna komputer akan mendapatkan peringatan berupa POST beeps (bunyi) dan pesan di layar POST akan muncul. Apabila layak, maka perangkat keras prima dan tidak memiliki masalah. Proses pun berlanjut ke pemuatan OS.
3. Memuat Sistem Operasi
POST yang sukses akan membuat bootable sequences yang ada di CMOS (Common Metal Oxide Semiconductor) akan dibaca oleh BIOS. Berdasarkan urutan boot, pencarian MBR atau Master Boot Record akan dilakukan. Pencarian dilakukan pada media untuk boot berupa hardisk, CD-ROM, USB, dll.
Apabila media boot tidak ditemukan, maka pesan tidak ditemukannya perangkat boot akan muncul. Jika media boot ditemukan, maka BIOS akan memuat aplikasi program khusus yang bernama Boot Loader. Boot Loader bertanggung jawab dan akan memuat sistem operasi yang terpasang di komputer/laptop.
4. Konfigurasi Sistem dan Memuat System Utilities
Setelah sistem operasi berhasil dimuat, drivers beragam perangkat akan dimuat ke memori dengan tujuan perangkat-perangkat yang terkait bisa bekerja dengan baik. Selanjutnya, beragam program system utilities akan dimuat ke dalam memori. Contoh program utilities adalah antivirus, kontrol volume, dan registry editor.
5. Otentikasi Pengguna
Tahap terakhir adalah otentikasi pengguna. Pada tahap ini pengguna harus memberikan informasi yang diperlukan agar bisa mengakses sistem operasi. Setelah informasi diterima, komputer akan menjalankan GUI Shell atau CLI Shell. Jika sukses, pengguna berhasil masuk ke OS dan komputer siap digunakan.
Jenis-jenis Booting
Pengertian booting dan tahap proses booting sudah dijelaskan. Saatnya, memahami beragam jenis booting. Terdapat 5 jenis booting yang perlu diketahui. Kelimanya adalah Cold Booting, Warm Booting, Soft Booting, Hard Booting, dan Rebooting. Perbedaan antar jenis booting bisa disebabkan banyak hal.
Untuk memahami lebih jauh mengenai beragam jenis booting, perhatikan penjelasannya berikut ini.
1. Cold Booting
Cold booting terjadi ketika komputer yang mati dinyalakan melalui prosedur yang normal. Dalam proses cold booting, arus listrik akan mengalir ke komponen yang sebelumnya dingin alias mati atau belum dialiri listrik. Tujuan pengaliran listrik adalah untuk tentu saja menghidupkan komponen dan komputer yang mati.
Cold booting merupakan proses menghidupkan yang umum dilakukan dimana komputer pada awalnya mati. Proses ini dilakukan oleh pengguna komputer sehari-hari. Nama cold booting merujuk pada matinya komponen dan komputer. Mati disini berarti keadaannya dingin alias belum dialiri panas dari daya listrik.
2. Warm Booting
Jika cold booting dilakukan pada komputer yang dingin alias mati, maka warm booting dilakukan pada komputer yang telah dihidupkan. Disebut warm (hangat) karena proses booting terjadi setelah komputer berada dalam keadaan menyala. Komponen dan komputer sedang dalam keadaan panas atau hangat.
Komponen yang terpasang sudah dialiri listrik sehingga suhu komputer lebih hangat alias tidak dingin. Warm booting dilakukan untuk tujuan tertentu, contohnya memperbaiki masalah dan mengatur ulang pengaturan. Masalah-masalah yang biasanya muncul adalah crash pada sistem dan masalah pada hardisk komputer.
3. Soft Booting
Jika tidak diketahui dengan baik, kamu tidak akan mampu membedakan soft booting dengan warm booting. Keduanya ternyata mirip, tetapi tetap berbeda. Soft booting adalah booting yang terjadi ketika komputer dan komponennya dalam keadaan hidup atau sudah dialiri listrik. Apa bedanya dengan warm booting?
Soft booting adalah proses booting yang dilakukan oleh sistem secara otomatis. Booting ini dilakukan buka karena adanya kerusakan program. Soft booting umumnya terjadi ketika perubahan BIOS dilakukan atau ada pengaturan keamanan yang diubah. Komputer secara otomatis melakukan soft booting karenanya.
4. Hard Booting
Jika jenis-jenis booting sebelumnya dilakukan secara sukarela tanpa keterpaksaan, maka hal berbeda berlaku untuk hard booting. Hard booting adalah proses booting yang dilakukan secara terpaksa dengan menekan tombol reset yang ada di CPU (casing). Hal tersebut dilakukan karena tidak ada cara lain.
Tombol reset ditekan untuk memaksa komputer melakukan restart dan reboot secara paksa. Penyebabnya tentu saja karena adanya masalah yang membuat komputer tidak bisa dioperasikan semestinya. Komputer dalam keadaan membeku atau sudah sangat lemot. Tidak ada jalan lain selain merestart komputer.
5. Rebooting
Rebooting memiliki kesamaan proses dengan warm booting, soft booting, dan hard booting, yaitu booting dilakukan saat komputer dalam keadaan hidup. Bedanya rebooting dilakukan karena sistem tidak merespons, terjadi perubahan pada sistem operasi karena selesai di update, dan instalasi driver hardware.
Rebooting dilakukan untuk memperbaiki masalah atau membuat pengaturan yang dibuat bisa diaplikasikan dengan baik. Permintaan rebooting biasanya muncul setelah perubahan dilakukan pada sistem komputer, termasuk setelah instalasi aplikasi atau driver dilakukan. Rebooting umumnya wajib dilakukan jika diminta.
Dari pengertian booting sampai jenis-jenis booting berhasil dijelaskan. Booting merupakan proses wajib yang pasti dilakukan ketika komputer dan laptop dinyalakan. Proses ini tidak mungkin diskip (dilewatkan). Pentingnya proses ini akan membuat siapapun tidak melakukan interupsi ketika booting sedang dilakukan.
Seseorang yang senang dengan dunia Teknologi, terutama Gadget dan Komputer. Senang menulis dan berbagi informasi yang bermanfaat.